MediaMuslim.Info - Di dalam Kitabulloh terdapat sepenggal kisah tentang Ashabul Ukhdud. Hadis Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam datang memberi penjelasan dan keterangan lebih mendalam untuk kisah ini. Sebuah kisah tentang bagaimana sekelompok orang-orang beriman dengan iman mereka menolak kenikmatan dan kelezatan dunia. Mereka memilih api daripada kufur kepada Alloh Ta’ala. Kisah ini berbicara bagaimana seorang bocah kecil mampu menghidupkan iman di hati umat dan menggoncang singgasana raja thaghut yang sombong, yang mengklaim diri sebagai tuhan.
Kisah ini juga menunjukkan kepada kita agar senantiasa berhati-hati terhadap para penyokong kejahatan dan kesyirikan yang selalu berusaha agar kejahatan mereka berlangsung terus sesudah mereka, seperti seorang penyihir yang berusaha mewariskan ilmunya yang rusak agar tetap hidup dan menyesatkan manusia.
Muslim meriwayatkan dari Shuhaib (mengenai kisah ini) bahwa Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Dahulu kala, ada seorang raja dari kalangan orang-orang sebelum kalian yang mempunyai seorang ahli sihir. Ketika ahli sihir ini sudah lanjut usia, ia berkata kepada sang raja, ‘Sesungguhnya aku sudah lanjut usia, maka kirimkan seorang pemuda kepadaku untuk aku ajarkan kepadanya ilmu sihir.’ Maka sang raja pun mengirimkan seorang pemuda kepadanya untuk diajari ilmu sihir.
Ketika di tengah jalan yang dilaluinya menuju tukang sihir, ada seorang ahli ibadah (pendeta). Pemuda itu lalu duduk di dekatnya dan mendengarkan ucapannya hingga membuatnya kagum atau takjub. Dan ketika akan mendatangi ahli sihir itu lagi, dia selalu melewati si pendeta itu dan singgah di tempatnya. Suatu ketika dia akan mendatangi ahli sihir, ahli sihir itu memukulnya. Maka dia memberitahukannya kepada sang pendeta.
Pendeta itu berkata, ‘Jika engkau takut pada ahli sihir, (jika dia bertanya) maka katakan, ‘Keluargaku menahanku.’ Dan jika engkau takut kepada keluargamu, maka katakan, ‘Ahli sihir telah menahanku.’
Ketika dia dalam keadaan seperti itu, datanglah seekor binatang yang sangat besar yang menahan (perjalanan) orang-orang, maka dia berkata, ‘Sekarang aku akan mengetahui yang lebih baik, ahli sihir ataukah pendeta?’
Kemudian dia mengambil sebuah batu seraya berkata, ‘Ya Alloh, jika ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai daripada ajaran ahli sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melanjutkan perjalanan mereka.’ Lalu dia melemparkan batu itu hingga dapat membunuh binatang tersebut dan orang-orang pun dapat melanjutkan perjalanan mereka.
Selanjutnya, pemuda itu mendatangi si pendeta dan memberitahukan hal tersebut. Maka sang pendeta berkata kepadanya, ‘Wahai anakku, sekarang ini engkau lebih baik daripada diriku. Sebab, urusanmu telah mencapai apa yang kusaksikan. Dan sesungguhnya engkau kelak akan diuji. Jika engkau diuji, janganlah engkau menyebut-nyebut namaku (janganlah engkau tunjukkan aku pada mereka).’
Pemuda itu pun berhasil menyembuhkan penyakit buta dan kusta. Dia mengobati manusia dari segala macam penyakit. Kemudian orang kepercayaan sang raja yang buta mendengar berita tentangnya. Dia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang sangat banyak. Dia berkata, ‘Semua yang ada di sini akan menjadi milikmu jika engkau berhasil menyembuhkan diriku.’ Pemuda itu menjawab, ‘Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang menyembuhkan adalah Alloh yang Maha Tinggi. Jika engkau beriman kepada Alloh yang Maha Tinggi, maka aku akan berdoa kepada Alloh, lalu Dia akan menyembuhkanmu.’ Maka dia pun beriman kepada Alloh yang Maha Tinggi dan Alloh menyembuhkannya.
Selanjutnya, orang kepercayaan raja itu mendatangi sang raja dan duduk bersamanya seperti biasa. Raja berkata kepadanya, ‘Siapa yang mengembalikan (menyembuhkan) pandanganmu?’
Dia menjawab, ‘Tuhanku.’ ‘Apakah engkau mempunyai tuhan selain diriku?’ tanya raja. ‘Tuhanku dan Tuhanmu adalah Alloh,’ sahutnya. Maka raja itu langsung memberikan hukuman kepadanya dan terus menyiksanya hingga orang itu menunjuk pemuda itu. Kemudian ia minta agar pemuda itu didatangkan. Raja berkata, ‘Wahai anakku, sihirmu luar biasa hebatnya hingga dapat menyembuhkan kebutaan dan kusta. Kamu juga telah melakukan ini dan itu.’ Maka dia berkata, ‘Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Alloh.’
Maka pemuda itu pun dihukum dan terus disiksa hingga pemuda itu menunjuk sang pendeta. Lalu dia minta supaya pendeta itu dihadirkan. Selanjutnya kepada pendeta itu dikatakan, ‘Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.’ Namun dia menolak. Raja minta agar diambilkan gergaji. Gergaji itu diletakkan di atas kepalanya, lalu membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh. Dipanggillah orang kepercayaannya dan dikatakan kepadanya, ‘Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.’ Namun dia menolak, dan sang raja meletakkan gergaji di atas kepalanya, kemudian membelahnya hingga kedua belahan tubuhnya terjatuh.
Selanjutnya, dia minta untuk menghadapkan pemuda itu kepadanya. Lalu dia mengatakan kepadanya, ‘Kembalilah kepada agamamu.’ Namun dia tetap menolak. Maka dia menyerahkannya kepada beberapa orang pengikutnya, lalu berkata, ‘Pergi dan bawalah pemuda ini ke gunung ini dan itu, dan bawalah dia naik ke atas gunung. Jika kalian telah sampai di puncaknya dan dia kembali kepada agamanya, maka jangan apa-apakan dia. Tetapi jika tidak, maka lemparkanlah dia.’ Kemudian mereka segera membawa pemuda itu naik ke gunung. Maka pemuda itu berdoa, ‘Ya Alloh, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka sesuai dengan kehendak-Mu.’ Maka gunung itu goncang, mereka pun berjatuhan dari gunung. Kemudian pemuda itu dengan berjalan kaki datang menemui sang raja.
Kemudian raja bertanya kepadanya, ‘Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang membawamu?’ Dia menjawab, ‘Alloh yang Maha Tinggi telah menghindarkan diriku dari kejahatan mereka.’ Maka pemuda itu diserahkan kepada pasukan lain seraya berkata, ‘Pergilah kalian dan bawalah pemuda ini dengan sebuah perahu ke tengah-tengah laut. Jika dia mau kembali ke dalam agamanya semula, maka dia akan selamat. Jika tidak, maka lemparkanlah dia ke tengah lautan.’ Lalu mereka berangkat dengan membawa pemuda tersebut. Selanjutnya, pemuda itu berdoa, ‘Ya Alloh, selamatkanlah aku dari mereka sesuai dengan kehendak-Mu.’ Maka kapal itu pun terbalik dan mereka tenggelam. Setelah itu, pemuda tersebut dengan berjalan kaki datang menemui sang raja.
Dan raja berkata kepadanya, ‘Apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang bersamamu tadi?’ Dia menjawab, ‘Alloh yang Maha Tinggi telah menyelamatkanku dari kejahatan mereka.’ Lebih lanjut, pemuda itu berkata kepada raja, ‘Sesungguhnya kamu tidak akan dapat membunuhku hingga kamu mengerjakan apa yang aku perintahkan kepadamu.’
‘Apa yang harus aku kerjakan?’ tanya raja itu. Pemuda itu menjawab, ‘Kamu harus mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang, lalu kamu menyalibku di sebuah batang pohon. Ambillah anak panah dari tempat anak panahku, letakkan pada busurnya, kemudian ucapkanlah, ‘Dengan menyebut nama Alloh, Tuhan pemuda ini.’ Lalu lepaskanlah anak panah itu ke arahku. Sesungguhnya jika kamu telah melakukan hal itu, maka kamu akan dapat membunuhku’.
Raja itu pun mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang. Dia menyalib pemuda itu di atas sebatang pohon , lalu mengambil satu anak panah dari tempat anak panah pemuda itu. Selanjutnya, dia meletakkan anak panah itu pada busurnya, kemudian mengucapkan Bismillahi rabbil ghulaam (dengan menyebut nama Alloh, Tuhan pemuda ini). Dia pun melepaskan anak panah itu dan mengenai bagian pelipis. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipisnya dan ia pun meninggal dunia. Pada saat itu orang-orang berkata, ‘Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.’
Kemudian ada orang datang kepada raja dan berkata kepadanya, ‘Tahukah engkau, apa yang engkau khawatirkan? Demi Alloh, kekhawatiran itu sekarang telah menjadi kenyataan. Orang-orang telah beriman.’ Raja pun memerintahkan untuk membuat parit besar di setiap persimpangan jalan dan di parit itu supaya dinyalakan api. Raja berkata, ‘Barangsiapa tidak kembali kepada agamanya semula, maka lemparkanlah dia ke dalam parit itu.’ Atau akan dikatakan kepadanya, ‘Ceburkanlah dirimu.’ Maka orang-orang pun melakukan hal tersebut, hingga datanglah seorang wanita bersama bayinya. Wanita itu berhenti dan menghindar agar tidak terperosok ke dalamnya. Maka bayi itu berkata kepadanya, ‘Wahai Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.”
Dalam Sunan Tirmidzi dari Shuhaib berkata bahwa Rasululloh bersabda, “Ada seorang raja. Raja ini memiliki dukun yang berpraktek untuknya. Dukun ini berkata, ‘Pilihkan untukku seorang pemuda yang mengerti – atau dia berkata, ‘Pemuda yang pandai lagi mudah diajari.’ Aku akan mengajarkan ilmuku ini kepadanya, karena aku takut tiba-tiba mati, ilmu ini terputus dan tidak ada yang mewarisinya di antara kalian.”
Nabi bersabda, “Lalu mereka memilih seorang pemuda seperti yang dia minta dan memerintahkannya untuk menghadap dukun itu. Maka pemuda ini mulai sering mendatangi dukun itu. Sementara itu di perjalanan pemuda ini menuju dukun, terdapat seorang pendeta di sebuah kuil.”
Ma’mar berkata, “Menurutku, para penghuni kuil pada hari itu adalah orang-orang muslim.”
Nabi melanjutkan, “Pemuda itu mulai bertanya kepada sang pendeta setiap kali dia melewatinya. Pemuda itu terus bertanya hingga pendeta itu bercerita. Pendeta itu berkata, ‘Aku hanyalah seorang hamba Alloh’. Selanjutnya pemuda ini duduk di depan pendeta dan datang terlambat kepada sang dukun. Maka dukun itu bertanya kepada keluarga si pemuda itu, bahwa dia jarang menghadiri majlisnya. Pemuda ini menceritakan hal itu kepada si pendeta. Maka pendeta itu berkata kepada pemuda, ‘Jika dukun itu bertanya kepadamu, di mana kamu. Maka katakan saja, di rumah. Dan jika keluargamu bertanya kepadamu, di mana kamu. Maka katakan saja, di tempat sang dukun.”
Nabi melanjutkan, “Ketika pemuda itu dalam keadaan demikian, dia melewati sekumpulan orang dalam jumlah yang banyak yang tertahan oleh seekor binatang. Sebagian dari mereka berkata, ‘Binatang itu adalah seekor singa.’ Lalu pemuda ini mengambil sebuah batu dan berkata, ‘Ya Alloh jika apa yang diucapkan oleh pendeta itu adalah benar, maka aku memohon kepada-Mu agar bisa membunuh binatang ini.” Nabi melanjutkan, “Pemuda itu melempar dan membunuh binatang itu. Orang-orang bertanya, ‘Siapa yang membunuhnya?’ Mereka menjawab, ‘Seorang pemuda.’ Orang-orang pun terkejut. Mereka berkata, ‘Pemuda itu telah mengetahui ilmu yang tidak diketahui oleh siapa pun.”
“Lalu seorang buta mendengar kisah tentang pemuda ini. Orang buta ini berkata kepadanya, ‘Jika kamu dapat mengembalikan penglihatanku, maka aku memberimu ini dan ini.’ Pemuda ini menjawab, ‘Aku tidak menginginkan pemberianmu. Akan tetapi, jika penglihatanmu kembali kepadamu, apakah kamu bersedia beriman kepada yang mengembalikannya kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Ya’.” Nabi bersabda, “Lalu pemuda itu berdoa kepada Alloh dan Alloh mengabulkan doanya. Orang buta itu bisa melihat dan dia pun beriman.”
Hal itu diketahui oleh raja, maka mereka dihadapkan kepada raja. Raja berkata, “Masing-masing dari kalian akan aku bunuh dengan cara yang berbeda.” Lalu raja memerintahkan pendeta dan laki-laki yang pernah buta itu agar dihadapkan. Sebuah gergaji diletakkan di ubun-ubun salah satu dari keduanya dan raja membunuhnya (dengan cara itu), sementara yang lain dibunuh dengan cara yang lain. Kemudian raja memerintahkan atas si pemuda dengan berkata, “Bawalah pemuda ini ke gunung ini dan ini, lemparkan dia dari puncaknya.” Lalu para tentara raja membawanya ke gunung yang disebut oleh raja. Ketika mereka tiba di tempat di mana mereka akan melemparkan pemuda itu, tiba-tiba mereka terpelanting dan berjatuhan dari gunung itu, sehingga yang tersisa hanyalah sang pemuda.
Nabi melanjutkan, “Kemudian pemuda itu pulang. Raja menangkapnya dan memerintahkan bala tentaranya agar membuangnya ke laut. Pemuda ini dibawa ke laut. Dan Alloh menenggelamkan bala tentara raja yang membawanya dan menyelamatkannya.
Pemuda itu berkata kepada raja, “Engkau tidak akan bisa membunuhku sebelum engkau menyalibku dan memanahku, lalu engkau berkata ketika memanahku, ‘Bismillah Tuhan pemuda ini.’ Nabi melanjutkan, “Lalu pemuda ini disalib. Raja menyiapkan anak panahnya dan berkata, ‘Bismillah, Tuhan pemuda ini.’ Pemuda ini memegang pelipisnya ketika panah mengenainya dan dia pun mati.
Maka orang-orang berkata, ‘Pemuda ini telah mengetahui ilmu yang tidak diketahui oleh seorang pun. Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.’
Maka ada yang berkata kepada raja, ‘Engkau murka ketika ada tiga orang yang menyelisihimu. Sekarang, semua orang telah menyelisihimu.’ Nabi bersabda, “Maka raja menggali parit, kemudian kayu bakar dilemparkan ke dalamnya dan api dinyalakan. Orang-orang dikumpulkan dan kepada mereka diserukan, ‘Siapa yang murtad, maka kami membiarkannya. Dan barangsiapa tetap memegang agamanya, maka kami akan melemparkan dia ke dalam api.’ Maka bala tentara raja melemparkan orang-orang ke dalam parit-parit tersebut.”
Alloh berfirman, yang artinya: “Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi dengan dinyalakan dengan kayu bakar… sampai pada firmannya, ‘Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Buruj: 4-8).
Dia berkata, “Pemuda itu dikubur.” Dan katanya, bahwa pemuda itu dikeluarkan dari kuburnya pada zaman Umar bin Khattab sementara tangannya masih berada di pelipisnya seperti ketika dia dibunuh.
__________
Abu Isa berkata, “Ini adalah hadis hasan gharib.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabuz Zuhdi war Raqaiq, bab kisah Ashabul Ukhdud (4/2299), no. 3005.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan-nya dalam Kitab Tafsir, tafsir surat Al-Buruj (4/437)
__________
(Sumber Rujukan: Shahih al-Qashash, DR. Umar Sulaiman Al-Asyqar.)
Sumber: www.mediamuslim.info
0 komentar:
Posting Komentar