Petingnya Sanad Guru
Sanad adalah silsilah atau rantai yang menyambungkan kita dengan yang sebelum kita, hubungan, sanad adalah hubungan kalau secara bahasa sanad adalah sesuatu yang terkait kepada sesuatu yang lain atau sesuatu yang bertumpu pada sesuatu yang lain, tapi didalam maknanya ini secara istilahi adalah bersambungnya ikatan bathin kita, bersambungnya ikatan perkenalan kita dengan orang lain, sebagian besar adalah guru-guru kita yaitu orang yang dijadikan guru sanadnya atau hadits, sanad hadits misalnya mengambil dari fulan, dari fulan, dari fulan itu salah satu contoh sanad dan sanad kita sanad keguruan dari guru saya, guru saya dari gurunya, dari gurunya, dari gurunya, sampai Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam atau dari saya bermadzhabkan syafi’i karena guru saya bermadzhab syafi’i, saya ikut guru saya, guru saya ikut guru nya mahdzabnya syafi’i terus sampai ke imam syafi’i itu sanad namanya.
imam madzhab dari guru lebih berhak di panut dari pada melihat hanya dari buku atau dari internet saja, orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab itu jadi tidak boleh baca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja boleh, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita mendapatkan masalah.
“Sanad adalah bagai rantai emas terkuat yg tak bisa diputus dunia dan akhirat, jika bergerak satu mata rantai maka bergerak seluruh mata rantai hingga ujungnya, yaitu Rasulullah saw,” (Habib Munzir)
Allah subhanahu wata’ala memberikan anugrah kepada kita guru, guru adalah panutan yang layak kita panut dan kita muliakan, guru adalah ayah Ruh, sedangkan ayah kita adalah ayah Jasad, guru adalah pewaris para Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, selama guru itu berjalan di jalan yang benar dan dia memanut gurunya, Guru yang baik itu adalah guru yang berusaha mengamalkan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan banyak para murid yang tidak mengerti, perbuatan gurunya itu sebenarnya perbuatan sunnah Rasul yang tidak di ketahui karna ia tidak tau, maka itu dia bertanya pada gurunya “guru setau saya di hadits begini, kenapa guru begini?” oh begini ada Hadits lain, ini kenapa saya memilih ini” hal seperti itu penting, dan ikuti guru yang mengikuti gurunya, kalau sudah guru tidak mengikuti gurunya, maka hati-hati guru ini dapat guru dari mana? sedangkan gurunya dapat dari yang lain, siapa guru yang lain…?
Jangan-jangan gurunya Syaitan, diliat gurunya mengikuti gurunya, berarti dia bisa belajar kepada guru dari gurunya, gurunya siapalagi diatasnya lagi, oh Imam anu, Syekh anu, dari anu, besar sanad gurumu 3 saja cukup apalagi Sanadnya sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. sekarang banyak guru yang mengaku “saya bersambung kepada Rasulullah, tapi mengikuti gurunya tidak? Kalau dia tidak mengikuti gurunya maka tentunya kita juga berfikir, walaupun kau punya seribu sanad, kalau tidak mengikuti gurunya berarti siapa, sanadnya kemana..?
Hati-hati mengikuti guru, kalian itu kalau berguru itu seakan-akan sedang makanan untuk ruh kalian itu, kitakan kalau makan kita lihat apa yang kita makan, apakan makanan itu halal atau haram, apakah yang kita makanan ini racun apakan makanan yang bermanfaat, kalau jasad saja begitu, lebih-lebih ruh, di dalam mencari guru yang benar, guru yang baik mengikuti ahlusunah waljamaah, yang memang tidak berbeda dengan guru yang lain sama tuntunannya, baik orangnya yang mengamalkan amalan-amalan sunnah, dan walaupun tidak sempurna, tiada manusia yang sempurna, dia mengikuti gurunya, mencintai gurunya, di cintai gurunya, demikian gurunya juga orang mulia, gurunya lagi juga berguru pada gurunya.
Demikian,Kita Insya Allah sanad kita bersambung kepada Guru Mulia al Musnid Al alamah Al Habib Umar bin Hafidz, beliau ini tentunya sama sanatnya denagn para imam-imam besar, di Jakarta maupun di seluruh Indonesia, dari para Habaib, dan para Ulama, dan Para Khiyai, sanatnya bersambung kepada Syekh Tabbani, Al Habib Ali bin Muhammad Abdurrahman Al Habsyi kwitang, kepada Habib Salim bin Jindan, kepada Habib syekh Ali allatos, kepada Habib Umar bin Hud, Habib Salim alathos, pada Salafushalihin, banyak para-para ulama dan khiyai, yang sanadnya satu persatu bersambung dan bersambung kembali kepada satu sanad hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ingat Nabiallah Musa As, yang Allah subhanahu wata’ala beri teguran, Nabi Musa berkata “adakah yang lebih alim dari engkau?” tidak ada “aku orang yang paling alim” Maka Allah menurunkan Jibril “ada orang yang lebih alim dari engkau wahai Musa” siapa tunjukan “ Khidir As” “dimana bisa kutemukan?” di pecahan antara dua laut, Maka Nabi Musa pun mencarinya, di dalam surat Al Kahfi, jumpa dengan Nabiallah Khidir, bagaimana adab seorang Rasul, Nabi Musa lebih tinggi derajatnya dari Nabi Khidir dihadapan Allah, karna Nabi Musa adalah Rasul, Nabi Khidir adalah Nabi, Nabi Musa lebih tinggi derajatnya namun karna ingin belajar ia berkata,
“bolehkah aku ikut engkau untuk mendapatkan ilmu yang telah Allah berikan padamu”,
ini ucapan seorang Rasulullah As, Nabi Khidir yang padahal derajatnya di bawahnya, di dalam kedekatan kepada Allah, namun Nabi Khidir mempunya ilmu-ilmu yang tidak di ketahui Nabi Musa, Nabi Musa ingin belajar
“bolehkah aku ikut denganmu tuk belajar ilmu-ilmu yang Allah berikan kepadamu”,
Maka Nabi Khidir as berkata : kau tidak akan bisa sampai ikut aku, kenapa karna beda jalannya, Nabiallah Khidir di jalan Makrifah, Nabiallah Musa dengan jalan syari’ah sebagai Rasul As, Namun kita lihat adab seorang Rasul, bahkan seorang Nabi ingin belajar kepada yang dibawah derajatnya.
Demikian indahnya, Juga Imam Ahmad bin Hambal alaihi Rahmatullah berkata 30 tahun aku mendo’a guruku itu, yaitu Al Imam Syafi’i, tiap malam selama 30 tahun mendoakan guruku, sehingga ia akhirnya sampai kepada kelompok Huffadhudduniya (orang-orang yang paling banyak hafalan haditsnya), di seluruh dunia ini diantaranya Imam Ahmad bin Hambal alaihi Rahmatullah, hadirin hadirat banyak contoh akan hal ini, banyak kemuliaan akan hal ini.
Demikian pula adab Al Imam Fakhrul wujud Abu Bakar Bin Salim alaihi rahmatullah, ketika dikatakan oleh gurunya bahwa “siapa itu Fakhrul wujud?, fakhrul wujud Abu bakar bin salim tidak menyamai seujung kukuku ini..!!, seperti ujung kukuku..!!” ini kata gurunya, maka sampai kabar kepada al Imam Fakhrul wujud Abu Bakar bin Salim, Abu Bakar bin Salim sujud sukur, lalu dia berkata, ditanya oleh murid muridnya : “koq sujud syukur Kau di hina oleh gurumu?, dikatakan kau seujung kukunya” dia berkata “aku bersyukur pada Allah, aku sudah seujung kuku guruku, itu kemuliaan besar bagiku” demikian adab dari Imam Fakhrul Wujud Abu Bakar Bin Salim alaihi Rahmatullah kepada gurunya, sehingga dia memuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala, melebihi gurunya hingga Allah memuliakan dia hingga dia melebihi gurunya.
Kita semua masing-masing mempunyai guru, masing-masing memilih guru, di wilayah-wilayah kalian, namun hati-hati memilih guru, siapa gurunya apakah ia mengikuti gurunya, apakah gurunya Cuma Google atau yahoo, hati-hati pada guru-guru yang seperti itu, akhirnya semuanya Bid’ah, semuanya syirik dan lain sebagainya, padahal Cuma nukil-nukil saja di internet, guru yang seperti itu tidak usah dijadikan guru, dijadikan teman saja, boleh nasehati dengan baik.
Kita Mohon Rahmatnya Allah subhanahu wata’ala dengan keberkahan Guru2 mulia kita , agar Allah subhanahu wata’ala melimpahkan Rahmatnya kepada kita dan semoga Allah swt selalu menguatkan kita dalam keluhuran dunia dan akhirat bersama guru guru kita hingga Rasul saw….
Amiin Allahumma Amiin.
==> majelis Dinding
Sepercik Hikmah:
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sesungguhnya mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bahagian yang banyak.”(Riwayat Tirmizi, Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh Al-Albani)
Sesungguhnya Allah telah memberi kurnia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri. Ia membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum ( kedangan Nabi) itu, mereka berada dalam kesesatan yang nyata (Ali Imra: 154)
0 komentar:
Posting Komentar