Segala puji hanya milik Allah SWT, sholawat dan salam kepada Rasulullah saw beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari pembalasan… selanjutnya:
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Ketika Allah SWT mengutus Rasul-Nya -saw-, maka bersatu suku-suku kaum yang telah berpecah belah, lenyap permusuhan antara kabilah dan kelompok serta suku kaum, dan ditetapkan batasan-batasan dan hukum-hukum dalam berperang, meletakkan dasar-dasar akhlak, menyempurnakan nilai-nilai kemuliaannya sehingga terbentuk darinya umat yang dibangun oleh dasar-dasar kebebasan, menegakkan kebenaran, keadilan dan persamaan antara sesama manusia, tanpa perbedaan warna, suku, jenjs kelamin, kelas atau tingkatan.
Tidak akan tegak suatu umat kecuali karena kebaikan yang dilakukan pada masa awal dan akhirnya, sebagaimana tidak akan berdiri suatu umat kecuali dengan meneladani Rasulullah saw.
Oleh kerana itu, umat Islam harus mempelajari sirah Nabi saw, sehingga mereka dapat menerapkan nilai-nilainya dan pelajarannya dalam diri mereka dan membuat mereka menjadi ikutan bagi manusia dalam istiqamah dan kebaikan sejarah hidup mereka, lurus jalan hidupnya melalui dakwah mereka dalam melakukan reformasi.
Sehingga itu semua; Nabi saw kembali menjadi cahaya yang terang benderang dan mengusir kegelapan kehidupan mereka, serta memberikan hawa sejuk dan kehangatan ke dalam hati, fikiran dan perilaku.
Sebagaimana -dengan itu pula- masyarakat Islam akan dapat mengembalikan integritasnya, istiqamahnya dan keteladanannya serta kembali mampu berada di bagian depan dalam kepemimpinan di seluruh bangsa di dunia, sebagimana firman Allah SWT:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”. (QS Ali Imran:110)
Bahwasanya krisis yang paling serius yang terjadi pada saat ini adalah krisis keteladanan; keteladanan yang baik dan sholeh di tahap masyarakat dan bangsa, bukan hanya pada tahap individu, karena –alhamdulillah- kita mempunyai peribadi teladan, namun bangsa tidak dapat berubah oleh individu yang kecil, melainkan nasib bangsa-bangsa memerlukan perubahan kolektif dan kerja secara kolektif, dan jika terjadi kekosongan yang panjang dalam masalah ini, maka akan menjadi ancaman krisis bagi seluruh dunia bahkan akan runtuh kehidupan bangsanya dan mengalami kegagalan sistem yang ada dan pada akhirnya akan berpaling dari Allah SWT.
Sesungguhnya umat Islam saat ini sangat perlu untuk mengingati sirah dan mengenang perjalanan hidup Nabi Muhammad saw yang telah menanggung beban menghadapi berbagai ujian, celaan dan siksaan, sabar dalam meniti jalan yang berat dan penuh onak dan duri demi tegaknya ajaran Islam dan terbangunnya jati diri dan umat yang mulia sehingga mereka menjadi teladan yang baik secara nyata, menghilangkan “wahm”(keraguan) dalam jiwa mereka dan menghancurkan kesewenangan dan ketidakadilan di negara mereka.
Setiap muslim dan muslimah memiliki kewajiban untuk meneladani Rasulullah saw dalam berbagai aspek kehidupan mereka, karena perkara tersebut merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai keamanan dan kebahagiaan di dunia serta keberuntungan dan nikmat di akhirat.
Meneladani Rasulullah saw dapat ditinjau dari berbagai sudut :
1. Ibadah :
Bahwa beliau adalah orang yang paling tahu dan mengenal Allah, orang yang paling takut dan bertaqwa, namun beliau orang yang kadang-kadang berpuasa dan kadang-kadang berbuka, tidur dan bangun
2. Berinteraksi dengan tetangga :
Nabi saw bersabda:
“Jibril selalu mewasiatkan kepada saya tentang tetangga sampai aku menyangka bahwa tetangga mendapat hak warisan”. (Muttafaq alaih)
3. Berinteraksi dengan sesama manusia :
Beliau kadang-kadang menjual dan membeli, sangat sopan jika menjual dan sangat ramah jika membeli, ramah ketika memutuskan hukum dan ramah pula saat menuntut hukuman.
4. Akhlaq dan perilaku secara umum :
Nabi saw adalah sebaik-baik manusia dalam berakhlaq dan beretika, orang yang paling mulia dan paling bertaqwa dalam berinteraksi. Allah berfirman sambil memuji nabi saw:
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlaq yang mulia”. (QS Al-Qalam:4)
Dan Aisyah pernah berkata ketika ditanya kepadanya tentang akhlaq nabi saw, beliau berkata:
“Akhlaq nabi adalah Al-Qur’an”. (HR Muslim)
5. Damai dan Perang serta selalu menghormati dan memenuhi janji :
Rasulullah saw masuk ke kota Madinah dengan mengangkat bendera perdamaian.
Ketika masuk kota Madinah beliau berkata:
“Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sholat malamlah ketika orang lain tidur lelap niscaya masuk surga dengan selamat”. (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Salam)
Dan ketika memasuki kota Makkah setelah berhasil menaklukkannya, beliau berkata kepada orang yang memusuhi dan memeranginya:
“Pergilah kamu, hari ini kamu bebas”.
Demi Allah, Sungguh sangat menakjubkan sejarah hidupmu, wahai Rasulullah. Sungguh agung perilaku dan akhlakmu, sehingga semua itu adalah madrasah Ilahiyah bagi setiap pemimpin, bagi setiap presiden, bagi setiap penguasa, bagi setiap komandan, bagi setiap hakim, bagi setiap ahli politik, bagi setiap guru, bagi setiap pasangan suami isteri, bagi setiap ibubapa. Engkau adalah suri tauladan yang sempurna bagi seluruh manusia, dan bagi setiap yang menginginkan kesempurnaan dalam berbagai bentuk dan manifestasi, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada Nabi Muhammad saw untuk kami semua, dan segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada mu untuk umat manusia seluruhnya.
Umat Islam memperingati sirah Rasulullah saw setiap hari
Kita memperingati sirah dan kehidupan Rasulullah saw bukan sehari dalam sebulan, namun kita melakukannya setiap hari dan bukan sekali dalam sehari dalam satu hari namun puluhan kali; ketika ada seruan dan ajakan kepada sholat, dunia seluruhnya menjawab seruan azan; aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Setiap kali bertasyahud dalam sholat, seorang muslim seakan-akan bertemu Rasulullah saw dengan mengucapkan salam: “Assalamu’alaika Ayyuhan nabi”, seakan-akan mengunjunginya secara maknawi dan bertemu dengannya, menyambut dan melahirkan rasa sukacita kepadanya.
0 komentar:
Posting Komentar