(Suatu pusaka yang mengingatkan kita atas sebuah kesaksian yang terlupakan)
Getaran Adzan
- Selama ini kita hanya menganggap adzan sebagai pangilan untuk sholat, tanda masuknya waktu shalat fardhu. Padahal jika kita mau merenungkan, adzan punya makna yang lebih dalam dari pada sekedar itu.
- Hal itulah yang membuat hati seseorang tergetar apabila mendengar adzan.
Suara yang pertama kali kita dengar
Pada saat kita baru saja dilahirkan – bahkan mata kita belum terbuka dan mulut kita belum bersuara, telinga kita sudah mendengar suara adzan.
- Pernahkah kita sebagai seorang muslim mau merenungkan mengapa tiap bayi yang baru lahir harus diadzani?
‘Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) :
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab : “Benar. (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”..’(QS Al A’raaf 7:172)
- Ayat diatas menerangkan bahwa di alam kandungan kita diingatkan kembali oleh Alloh SWT: Tiada Tuhan lain selain dia.
- Atas kehendak NYA jualah kita dijadikan NYA seakan tidak pernah mengalami perjanjian itu, karena secara sunnatulloh, otak kita hanya mengingat semua input yang bisa ditangkap oleh panca indera kita saja.
- Untuk itulah saat lahir, adzan diperdengarkan kepada kita sebagai pegangan awal, pengingat bahwa diri kita pernah bersaksi atas keEsaan dan KebesaranNya.
Allahu Akbar (Allah Maha Besar)
- Ini adalah kalimat pertama pembuka adzan
- Kita diingatkan kembali atas Kebesaran Allah SWT. Kalimat ini menyatakan bahwa Allah itu Maha Besar dan diucapkan 2x2. Bila kita melihat struktur Áin pada Metode Struktur Al-Quran, 2 artinya mata. Berarti kita pernah MELIHAT Kebesaran Alloh; dan kita diingatkan untuk selalu mengakui Kebesaran NYA tersebut…Dengan kedua mata kita. Mata lahir dan Mata Batin.
Asyhadu Álaa illaaha ill Allah (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah)
- Disini ditegaskan kembali bahwa kita pernah MELIHAT ALLAH. Kalimat ‘Aku berSAKSI’ menyatakan bahwa kita benar-benar pernah menyaksikan kebesaranNYA dan tiada Tuhan selainNYA.
- Kita diingatkan untuk senantiasa membersihkan diri kita dari ‘ílah-ilah’ lain selain Allah. Kita tidak boleh menuhankan Tahta, Harta, Ilmu, dan lain sebagainya.
- Kalimat ini juga diucapkan 2x, mempertegas keyakinan kita.
Asyhadu Anna Muhammadarra Rasulullah (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Alloh)
- Disini juga dikatakan bahwa kita berSAKSI atas kerasulan Muhammad. Bagaimana mungkin? Bukankah kita hidup dizaman yang berbeda dengan beliau?
- Jawabannya adalah seperti dikemukakan pada pembukaan tadi, bahwa kita meihat NUR Muhammad di Lauh Mahfudz. Ingatlah hadist Qudsi yang menyatakan bahwa alasan dari penciptaan alam semesta ini adalah NUR Muhammad.
Hayya Ála Shallah (Mari kita Shalat)
- Barulah pada kalimat ini kita semua diseru untuk melakukan shalat. Atas kesaksian kita terhadap kebesaran Allah dan Kerosulan Muhammad.
- Bila kita menyimak urutan-urutannya, maka semestinya sholat kita benar-benar dilandasi oleh kebesaran Alloh, keyakinan akan kebenaran syahadat, barulah kita sholat. Tanpa mengikuti urutan-urutan tersebut sholat kita dapat dikatakan lalai. Seperti yang dimaksud dalam surat Al-Ma’uun 4-5 “Celakalah orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya”
Hayya Álal Falaah (Mari kita Menang)
- Banyak ulama yang sekedar mengartikan urutan-urutan ini sebagai berikut : Mari kita sholat, sehabis sholat kita menang. Memang betul, tapi bagaimana dulu sholatnya? Apakah shalatnya didasari syahadat yang betul? Bukankah urutan Rukun Islam adalah syahadat dulu baru kemudian shalat? Bisakah kita masuk ke sebuah mobil tanpa membuka dulu pintunya, tanpa kunci? Lalu bagaimana bisa mencapai tujuan kalau masuk ke mobilnya saja belum, apalagi menjalankannya?
- Orang-orang yang dimaksud menang di sini aalah orang-orang yang mengingat perjanjian dengan Tuhannya, dan kemuadian shalat sebagai tanda kepatuhannya. Bukan semata-mata taklik buta belaka.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar…
Setelah kita meraih kemenangan, kita harus kembali tunduk pada Kebesaran Allah. Karena kita tidak mungkin mencapai kemenangan, baik di dunia maupun akhirat, tanpa seizin dan Ridha Alloh. Segalanya adalah milik Allah . Begitu pula kemenangan kita, bahwa diri kita, hanya milik Allah semata. Yang kita miliki hanya nama…
Laa ilaaha illa Allaahh
Tiada Tuhan selain Allah.
Hanya Dia lah yang patut disembah
Hanya kepadaNya lah segala sesuatu bergantung
(Teguh Priambada; Cibogo 2005)
0 komentar:
Posting Komentar