Matahari sudah tertelungkup dalam punggung bumi. Burung-burung sudah pulang kesinggahsananya. Pak Tani sudah pulang ke peraduan. Tubuh malam mulai hadir berlahan menutup permukaan bumi, berlahan hari mulai remang-remang. Di sebuah perempatan jalan kulihat sesosok yang sangat ku kenal. Terlihat wajahnya kusut, badannya penuh dengan peluh, dan bajunya lusuh. Nampak jelas letih dan hampa di raut mukanya. Benar, itu sahabat ku yang entah berapa tahun tidak pernah jumpa. Rekan SMA yang penuh semangat, energik, cerdas, bintang kelas dan banyak digandrungi kaum hawa. Berlahan aku pastikan dengan menghampiri dan menyapanya.
Setelah berbicara tentang berbagai hal akhirnya Dermawan (nama rekan saya) bercerita panjang lebar tentang rumah tangga barunya. “Sejak menikah dengan Dinda kami tinggal bersama orang tua Dinda (aku baru ingat, Dinda teman SMA cantik dan idola di skolah kami). Hampir dua tahun ini usia pernikahanku. Lahirnya si kecil tidak membuat rumah tanggaku bertambah bahagia, malah sebaliknya, semakin membuat kehidupan menyesakkan dada. Dinda semakin hari semakin menuntut berbagai hal. Penghasilanku sebulan sebagai guru honorer hanya cukup untuk seminggu. Ditambah lagi masalah-masalah yang timbul dari orang tua Dinda yang sering membandingkan dengan tetangga. Saya sudah berusaha mencari penghasilan lain mulai dari tukang ojek, sales buku, jual kue, dan berbagai jalan sudah aku coba namun semua tetap nihil. Kecantikan Dinda yang dulu menarik hatiku kini menjadi perempuan menyebalkan dan menakutkan karena selalu menuntut dan menuntut. Indahnya saat pacaran dulu ternyata tak terbawa saat kami menikah. Aku …..”. Belum sempat dia melanjutkan ceritanya tiba-tiba terdengar kumandang adzan magrib yang diiringi rintik hujan dari langit. Dengan berat hati saya mohon diri kepada Dermawan sambil menyempatkan menyampaikan kalimat “Dermawan Allah memberikan cobaan kepada hamba-Nya sesuai kemampuan hamba itu, jadi tetap bersabar, terus berusahan dan banyak-banyak berdo’a”.
Selang beberapa hari pertemuan ku dengan Dermawan, di HPku ada sebuah sms yang tak aku kenal nomornya. Sms itu berbunyai “Kata-katamu kemarin membuat aku berusaha menguatkan diriku. Namun sekarang kondisi ekonomi keluargaku sudah semakin parah, aku sudah tidak kuat lagi, aku ingin mengakhiri hidup ini. Dermawan”.
Hikmah :
Lebih hati-hati dalam memilih pasangan hidup, jangan mengutamakan fisik atau kecantikan saja (Utamakan Agama dan Ahlaq)
Sebelum menikah faktor ekonomi juga perlu disiapkan.
Hindari budaya pacaran.
Artikel ini diikutkan dalam kontes unggulan cermin berhikmah.
bida2riku.wordpress.com/2011/01/16/kecantikan-tak-abadi/
0 komentar:
Posting Komentar