Qolaa Rosululloh SAW : "Tholabul 'ilmi faridlotun 'ala kulli muslimin. Wain tholabul 'ilmi yastaghfir lahu hattal hitani fil bahri. Bersama Rosululloh SAW : "Mencari ilmu itu wajib bagi orang islam. Dan apabila mencari ilmu, sungguh memohonkan ampun segala sesuatu, sampai ikan-ikan di lautan". Apabila kita mencari ilmu dengan niat melaksanakan perintah Allah dan Rosululloh, maka segala sesuatu dan makhluq-makhluq di dunia ini memohonkan ampun kepada kita. Demikian utama dan pentingnya ilmu bagi manusia. Adapun ilmu yang wajib diketahui ummat Islam adalah 3 (tiga) yaitu : 1) Ilmu ushuluddin, ilmu tauhid atau ilmu aqoid yang bersumber dari rukun Iman yang jumlahnya ada enam. 2) Ilmu feqih, ilmu syari'at yang sumbernya dari rukun Islam yang jumlahnya ada lima. 3) Ilmu tasawuf atau ilmu akhlaq yang bersumber dari rukun Ihsan yang jumlahnya ada satu yaitu : Beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat Allah, apabila belum bisa melihat Dia harus kamu selalu merasa dilihat oleh-Nya. Namun pada umumnya ilmu tasawuf banyak dilupakan dan dianak tirikan di negeri ini, padahal Rosul sendiri menyatakan : "Wajib atas kamu untuk bertasawuf, dengan tasawuf kamu akan merasakan lezatnya iman di dalam hatimu". Sayid Sabiq juga berkata : Ilmu tasawuf itu adalah bagian ilmu agama Islam, bahkan ilmu tasawuf itu adalah jiwanya Islam dan berliannya Islam. Bisa dibayangkan, bagaimana beragama Islam tanpa tasawuf maka tidak akan bisa merasakan nikmatnya beragama Islam dan Islam tidak akan ada jiwanya dan lambat laun sinar Islam akan pudar dan tidak akan bernilai. Mengenai hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi demikian : Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Kasih Sayang, Maha Agung, Maha Ghaib, Maha Dhohir. Untuk membuktikan ke Maha Agungan Allah tersebut : Allah menciptakan alam semesta. Apa yang dikatakan alam? Dalam kita Ummul Barchin : “Al 'Alam ma'khudzun minal 'alamat" artinya kalimat alam itu diambil dari kata Alamat yang artinya "tanda" atau tanda bukti adanya Allah Ta'ala, dan segala sifat ke-Agungan Allah. Nah dari alam inilah munculnya bermacam-macam ilmu pengetahuan dan teknologi. Inipun karena manusia dibekali alat oleh Allah yang namanya Aqal. Jadi Allah Ta'ala menurunkan dua macam kitab yang menjadi sumber segala ilmu, yaitu : 1. Kitabul Kaun yaitu kitab alam semesta ini atau disebut Sunnatulloh. 2. Kitabul Kalam yaitu Kalamulloh yang tersebut dalam kitab suci Al-Qur'an. - Mana yang penting? Kedua-duanya adalah sangat penting. Tapi kita sebagai manusia yang beragama harus tahu mana yang paling baik bagi kita. Perhatikan dalil-dalil di bawah ini : a) Dalam hadits Nabi disebutkan : "Khoirunnasi anfa'uhum linnas" "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain." b) Allah berfirman dalam surat Asy-Syu'aro' ayat 88 dan 89 : Yauma la yanfa'u malun wala banaa illa man atallohu biqolbin salim. ("Tidak akan bermanfaat pada hari qiyamat, harta maupun anak-anak kecuali yang datang menghadap Allah dengan membawa hati yang selamat, hati yang bersih.) - Berdasarkan hadits dan ayat diatas : 1. Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat. 2. Dan yang paling bermanfaat bagi Allah adalah yang menghadap Allah dengan membawa hati yang bersih. Untuk itu prioritas utama bagi orang tua adalah mendidik anak supaya menjadi manusia yang berhati bersih, berakhlaq karimah. Dan kemudian apabila dididik menjadi intelektual, dokter, profesor, maka menjadi intelektual yang berakhlaqul karimah dan akhirnya menjadi manusia yang bermanfaat. - Orang yang pandai menurut tasawuf adalah seperti yang ada dalam Al-Qur'an dan hadits : a. Dalam Al-Qur'an Surat. Ali Imron Ayat 190 – 191 disebutkan orang yang pandai ialah orang yang selalu dzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri maupun berbaring, dan mereka selalu berfikir tentang segela sesuatu yang diciptakan oleh Allah. b. Dalam hadits disebutkan : Orang yang pandai ialah orang yang pandai mengendalikan hawa nafsunya. - Adapun yang dipilih Nabi Sulaiman adalah ilmu hikmah, sehinga beliau dianugerahi ilmu juga harta, karena ilmu memang lebih utama daripada harta. Ingat kata sahabat Ali RA. : Ilmu adalah warisan para Nabi dan harta warisan Qorun, Fir'aun dan Syadad, ilmu itu menyinari hati dan harta itu mengeraskan hati. Dan ingat pula sabda Nabi : "Hikmah itu tuntutan orang mu'min. cintailah hikmah dimana kamu berada". Dan ingat firman Allah : "Barangsiapa yang mendapat satu hikmah maka dia akan mendapatkan kebaikan yang amat banyak" Ada dalil" Tolabul ilmi faridlotun ala Kulli Muslim" artinya Mencari ilmu wajiba tas tiap tiap orang islam. Pertanyaannya adalah ilmu yang manahkah yang wajib dicari? Apakah ilmu dunia ini seperti ilmu matematika, ilmu kedokteran , ilmu teknik dan sebagainya. Bila melihat dalil tadi jelas bahwa disitu ada kalimat "wajib" artinya suatu amalan yamg bial dilaksanakan akan mendapat pahala dan sebaliknya bila tidak dikerjakan akan mendapat dosa. Sekarang coba bayangkan bila ilmu yang diwajibkan adalah ilmu yang bersifat keduaniaan seperti diatas maka banyak orang akan mendapat dosa contoh ketika orang sudah menuntut ilmu politik maka dia harus diwajibkan menuntut ilmu kediokteran dan ilmu ilmu lainya, terus berapa biaya yang akan dikeluarkan? bagaimana dengan pak tani maka mereka juga wajib menuntut ilmu kedokteran denagan apa mereka menyontik apakah dengan pacul? Berarti kalau ilmu yang wajib dicari dalam ayat itu di artikan ilmu keduniaan itu maka hambir semua manusia tidak akan bisa dan berdosa semua. Dalam hadist di jelaskan" Al ilmu tsalatsatun wa ma siwa fahuwa fadlun, Ayatatun mukhamatun,Sunatun Qoimatun,au faridlotun adilatun" Artinya: Ilmu itu ada tiga selain tiga itu adalah lebihan ( boleh dicari boleh tidak , dicari lebih utama), yaitu: 1. Ayat yang menghukumi (al Qur'an) 2. Sunnah yang tegak (Al hadist/ sunnah Nabi) 3. Ilmu bagi waris yang adil dari dalil di ats jelas bahwa ilmu yang wajib di cari ada tiga yaitu alqur'an al hadist, dan ilmu bagi waris. Khusus ilmu bagi waris sudah ada dalam qur' an dan hadist, jadi kita cukup mempelajari atau mengkaji qur'an dan hadist. Bila kita amalkan iNsyallah tidak berat, tidak memerlukan biaya yang besar, dan semua orang bisa mengamalkan dan mempelajarinya. Artinya tidak memberatkan. Sebenarnya kalau kita mau mengaji kita akan pandai dan terhindar dari bid'ah serta Taklid (mengikuti amalan tanpa tahu ilmunya) dan kita tidak akan asal mengartikan suatu dalil.
0 komentar:
Posting Komentar