“CINTA adalah engkau patuh
terhadap-Nya, meski kau tak
melihat-Nya. Engkau tidak
mencium-Nya atau meraba-Nya,
tapi engkau patuh karena engkau merasa akan hadir-Nya.
Sebab CINTA bukan indera, tapi
adalah rasa.”
“CINTA adalah engkau takut
akan amarah-Nya, dan takut jika
Ia meninggalkanmu. Takut jika Ia tak menyukaimu lagi. Lalu
engkau mencari-cari alasan
untuk selalu dekat dengannya,
bahkan jika engkau harus
menderita, atau yang lebih
mengerikan dari itu.” “CINTA adalah engkau
menyimpan segala harapan
pada-Nya dan tidak pada yang
lain. Engkau tidak mendua dalam
harapan, dan demikian
selamanya. Cinta adalah engkau setia menjadi budak-Nya, yang
engkau hidup untuk-Nya dan
mati untuk kesukaan-Nya akan
dirimu, hidup dan mati untuk
Dia. Engkau berusaha
sekerasnya agar engkau diakui, hanya sebagai budak, sebagai
hamba.”
“Diatas segalanya, CINTA
adalah engkau merasa kasih
sayang yang tunggal yang tidak
engkau berikan pada yang lain, selain pada-Nya. Engkau rindu
akan hadir-Nya dan melihat-
Nya. Engkau suka apa yang Ia
sukai dan benci apa yang Ia
benci, engkau merasakan segala
ada pada-Nya dan segala atas nama-Nya.”
Aku lantas bertanya pada CINTA:
“Bisakah aku
merasakannya?”
Sambil berlalu CINTA menjawab:
“Selama engkau mengetahui hakikat penciptaanmu dan
bersyukur dengan apa yang Dia
beri, maka itu semua akan kau
rasakan, percayalah padaku
tambahnya….”
Aku pun Berteriak, “Wahai KAU SANG MAHA PECINTA terimalah
cintaku yang sederhana ini,
izinkanlah aku merasakan
cintaMu yang Maha Indah…”
0 komentar:
Posting Komentar