“Hai
orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS.Ali
Imran [3] : 200).
Sabar,
secara etimologi berarti menahan dan mencegah (al-habsu wal kaffu).
Secara terminologi, sabar adalah menahan diri untuk melakukan keinginan
dan meninggalkan larangan Allah swt, sabar juga berarti sikaf tegar dan
kukuh dalam menjalankan ajaran Islam ketika muncul dorongan nafsu,
ketegaran yang dibangun diatas landasan Al-Qur’an dan As-sunnah. Sabar
dapat juga berarti puncak sesuatu, orang yang memiliki kesabaran, akan
sampai pada puncak kemuliaan. Allah telah memuji orang-orang yang
bersabar dan menyebutkan mereka dalam firman-Nya : “hanya
orang-orang yang bersabar akan diberi pahala mereka yang tidak
terbatas.” (QS.Az-Zumar : 10).
Rasulullah
SAW mengajarkan sifat sabar dengan meninggalkan sifat mengeluh. Dalam
hadis qudsi, Allah SWT berfirman : “Apabila Aku hadapkan suatu
cobaan kepada seorang hamba dari hamba-Ku pada badannya, atau pada
anaknya, atau pada hartanya, lalu ia menghadapinya dengan penuh
kesabaran, Aku merasa malu menegakkan timbangan (mizan) maupun membuka
catatan amalnya pada hari kiamat.”(HR Hakim). Dalam hadis lain
Rasulullah SAW bersabda : “kesabaran adalah salah satu dari
perbendaharaan syurga”, dan ketika ditanya mengenai keimanan, Nabi
bersabda :”keimanan itu adalah kesabaran dan kemurahan.” Ali
bin Abi thalib mengatakan : ingatlah, sungguh tidak ada iman bagi orang
yang tidak memiliki sabar. Karena itulah, syekh abu nashr mengungkapkan
bahwa spiritual sabar adalah kedudukan spiritual mulia. Sementara al
Junaid menjelaskan bahwa sabar adalah memikul semua beban berat sampai
habis saat-saat yang tidak di inginkan. Kedudukan seseorang ditentukan
oleh kualitas kesabarannya. Innalla ma’ashobirin “sesungguhnya Allah
itu dekat amat dekat dengan orang yang sabar”. Bahkan, jadikanlah
sabar dan sholat sebagai penolong.
Ibnu
salim menjelaskan bahwa ada tingkatan orang yang sabar, yaitu : pertama,
mutashabir (orang yang berusaha untuk bersabar), kedua,shabir
(orang yang sabar), ketiga,shabhar (orang yang sangat bersabar).
Orang yang sangat bersabar adalah mereka yang kesabarannya demi Allah,
karena Allah dan dengan Allah. Seluruh cobaan yang menimpanya dari segi
kewajiban dan hakikat tidak akan melemahkannya, namun ia tetap kuat
menghadapinya, sekalipun dari segi bentuk dan rupa akan berubah.
Ketidaksabaran timbul ketika kita salah dalam memandang makhluk; mungkin
kita memandang makhluk sebagai sumber penyebab segala seuatu. Padahal,
makhluk hanya menjalani kehidupan. Kalau kita hanya memfokuskan kepada
makhluk, maka kualitas kesabaran yang kita miliki akan semakin
berkurang. Lain halnya jika kita memandang bahwa Allah-lah yang
menguasai setiap kejadian. Sehingga kesabaran kita akan semakin
meningkat.
Ibnu
mas’ud mengisahkan bahwa ketika beliau sedang sholat bersama
Rasulullah SAW di masjid, tiba-tiba Abu Jahal berkata :”kiranya ada
seorang yang berani mengambil kotoran unta bani fulan lalu
melemparkannya kepada Muhammad ketika sujud.” Lalu bangkitlah uqbah
bin abu mu’ayath datang membawa kotoran dan melemparkannya ke Nabi saw
saat sujud. Tidak ada seorangpun yang membela Nabi saw karena saat itu
kaum muslimin dalam keadaan yang sangat lemah. Nabi saw tetap dalam
sujudnya sampai datang Fatimah ra., puteri beliau, kemudian melemparkan
kotoran itu.
Syekh
Yusuf al-Qaradhawi membagi sabar dalam 6 kategori, yaitu : 1) sabar
menerima ujian hidup. (QS.Al-Baqarah [2] : 155-157), 2) sabar dari
keinginan hawa nafsu (QS.Al-Munafiqun 9), 3) sabar dalam taat kepada
Allah swt (QS. Maryam : 65), 4) sabar dalam berdakwah (QS.Lukman : 17),
5) sabar dalam perang (QS.AL-Baqarah [2] : 177), 6) sabar dalam
pergaulan. (QS.An-Nisa :19).
Lalu
bagaimana cara untuk meraih kesabaran ? para ulama memberikan beberapa
kiat untuk meraih kesabaran, yaitu antara lain : Pertama,
mengenali tabiat kehidupan dunia dengan segala kesulitannya. Penderitaan
dan ujian adalah bagian dari tabiat dunia ini (QS.An-Nahl [16] : 53). Kedua,
mengenal balasan dan pahala sabar. Sabar pahalanya tanpa ada perhitungan
(pahala tanpa batas) (QS.Az-Zumar [39] : 10). Ketiga, Percaya dan
yakin bahwa setiap permasalahan ada solusinya, Allah swt menjadikan
setiap kesulitan, jalan keluar sebagai bentuk rahmat-Nya (QS.Al-Insyirah
[94] : 5-6). Keempat, Meminta pertolongan kepada Allah dan
kembali kepada perlindungan-Nya dengan bertawakal kepada-Nya (QS.an-Nahl
[16] : 42). Kelima, beriman dan menyakini taqdir Allah swt
(QS.Al-Hadid [57] : 22). Semoga Allah swt menganugerahkan kepada kita
hati yang lapang dan kesabaran.
---##---
Muhammad
A.Saefulloh, MA adalah asatidz Majelis Azzikra dan Kepala Madrasah
Aliyah YAPINA alternative Islamic Schools Bojongsari Sawangan Depok Jawa
Barat. Madrasah Aliyah (MA) YAPINA Alternatif Islamic Schools merupakan
Madrasah (sekolah) yang mengintegrasikan hati, akal dan emosi dalam
praktek kehidupan, sehingga terjadi proses insani yang bertaqwa, cerdas,
kreatif, inovatif dan mandiri.
Oleh : Muhammad A.Saefulloh, MA
Oleh : Muhammad A.Saefulloh, MA
@Bukit Az-zikra
2009
0 komentar:
Posting Komentar