Semakin berkembangnya berbagai aspek kehidupan dunia, baik ekonomi, politik, sosial budaya, bahkan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat kita semakin terbelenggu bermain-bermain dibawah hawa nafsu dan lupa menghitung-menghitung diri dalam ketaatan atas nikmat-nikmat yang diwujudkan Allah ke dalam hati kita.
Kesemua itu diakibatkan oleh semakin pekatnya hati karena kesibukan kita berupaya meraih keinginan diri, tujuan tertentu yang berlebihan serta kurang istiqamahnya dalam beraktifitas diberbagai aspek kehidupan sehingga cenderung niengabaikan dan kurang yakin dengan kekuatan, keagungan dan kebesaran Allah SWT dalam diri kita.
Dalam hal ini ada satu ibadah yang sangat penting yang sering kita lupakan atau sering kita lakukan tetapi hasilnya seringkali diabaikan dan tidak kita benihkan sebagai suatu kesadaran dalam hati dan fikiran untuk kemudian kita tumbuhkan menj adi pendewasaan kerohanian kita. Bahkan terkadang seringkali kita merasa tidak yakin dan sangat berat untuk mengamalkan dan melaksanakan hasil tersebut sebagai usaha peningkatan kesadaran dan pensucian jiwa, yaitu ibadah bertafakur.
Tafakur adalah perenungan terhadap tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Hasil tafakur kita merupakan penyaksian terhadap kebesaran-Nya yang diperlihatkan kepada jiwa dan kerohanian kita secara zhahir dan batin untuk kemudian kita aktualisasikan dan amalkan sebagai suatu pengabdian suci kepada Allah SWT. Dapat kita katakana bahwa kebaikan dunia dan agama tergantung pada kesempurnaan tafakkur. Ali bin Abi Thalib ra. telah berkata, “Tidak ada ibadah sepenting tafakur“. Orang bijak mengatakan, “Bertafakur adalah pelita kalbu. Bila ia pergi tiada lagi cahaya yang meneranginya“.
Lingkup tafakur amatlah luas. Sedangkan yang paling mulia adalah bertafakur atas keajaiban-keajaiban semesta alam, langit dan bumi beserta isinya. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang yakin dan juga pada dirinni sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan“. (QS. Adz-Dzariyaat: [51]: 20-21).
Diri kita sendiri sesungguhnya termasuk ciptaan-Nya yang paling mengagumkan dan paling dekat untuk ditafakkuri. Begitu banyak fungsi-fungsi organ tubuh kita yang sangat menakjubkan hati dan flkiran kita, yang kesemuanya itu menunjukkan tanda kebesaran Allah SWT, dan kita diperintah oleh-Nya untuk memperhatikan itu.
Termasuk merenungkan kelalaian kita dalam beribadah kepada Allah SWT serta keberanian kita dalam menantang murka-Nya dengan memasuki pintu-pintu maksiat yang dilarang-Nya akan mengingatkan dan memperdalam kesadaran kita terhadap firman Allah SWT, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 56). Dan Allah SWT berfirman, “Hai manusia apakah yang memperdayakanmu berbuat durhaka terhadap Tuhanmu Yang MahaPemurah“. (QS. Al-Inflthar [82]: 6).
Bertafakur seperti ini akan menambah rasa takut kita pada Allah serta mendorong kita untuk mempersalahkan dan mengecam diri kita disamping menjauhi kelalaian dan menambah kesungguhan.
Menafakuri karunia-karunia dan kemurahan-kemurahan-Nya yang telah dilimpahkan kepada manusia adalah bagian dari tafakkur yang dapat memperkokoh amaliah-amaliah tafakur sebelumnya. Bertafakur atas nikmat-nikmat-Nya, akan menumbuhkan kesadaran bahwa betapa nikmat tersebut tidak dapat dihitung, sebagai firma-Nya “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari nikmat Allah” (QS. Ibrahim: 34). Kesadaran seperti ini akan memunculkan kecintaan kepada Allah S WT sebagai Pemberi nikmat dan kecintaan terhadap sesama dengan saling memberi dan mencukupi. Karena sesungguhnya nikmat itu adalah pemberian, lantas mengapa kita harus menumpuk-numpuknya dan tidak memberi kepada orang lain.
Bertafakkur dapat dengan mudah kita lakukan dalam setiap keadaan, ruang dan tempat serta waktu. Meski di dalam situasi sibuk sekalipun dalam berbagai aspek kehidupan dan di setiap gerak-gerik aktifitas, tafakur harus senantiasamenyertai. Bahkan ketika kita dihadapkan dengan situasi sulit, sangat baik kita bertafakur sejenak sebelum menentukan keputusan, bukankah Rasulullah Saw mengajarkan kita untuk melakukan shalat istikharah.
Bertafakur dapat menjadikan diri kita menjadi pribadi yang selalu ingat dan ingin dekat dengan Allah, dan menjauhkan diri untuk melakukan perbuatan yang dapat merusak dan menzhalimi diri. Akan menjadikan pribadi-pribadi yang arif dan bijak, karena aktifitas bertafakkur akan selalu menemukan hikmah yang sangat bernilai tinggi dibalik pristiwa dan kejadian. Akan menjadikan pribadi-pribadi yang senantiasa menghiasi jiwa, watak dan tingkah lakunya dengan yang indah-indah dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya Saw.
0 komentar:
Posting Komentar