Selasa, 06 Desember 2011

Wahai para penuntut ilmu, berhati-hatilah dari dunia.

Wahai para penuntut ilmu, berhati-hatilah dari dunia. Hati-hati dari cinta dunia dan
bergantungnya hatimu kepadanya. Sesungguhnya jika hati telah bergantung kepada dunia
dan cinta kepada harta, akan sangat cepat tertipu dan cepat pula hilangnya ilmu dalam
kehidupan dunia yang fana (bakal binasa) dan terkutuk ini. Sebagaimana penjelasan
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dalam sabda beliau :
“Dunia ini terlaknat dan dilaknat apa-apa yang ada padanya, kecuali dzikir kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, ketaatan kepadaNya, orang yang berilmu, dan orang yang belajar
ilmu”. (HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari shahabat Abu Hurairah Radhiallahu anhu).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia
memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam
(mentaati) Allah. [QS Luqmaan: 33]

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
“Maka takutlah kalian kepada dunia dan takutlah kalian kepada wanita.” (HR Muslim
dari shahabat Abu Sa’id al Khudry).

Berhati-hatilah kalian dari fitnah dunia dan jangan sekali-kali hati kalian bergantung
kepadanya. Bukan berarti bahwa kalian tidak boleh makan dan minum, tidak boleh
berjual-beli, tentu hal demikian itu kita perlukan, akan tetapi maksudnya adalah jangan
sekali-kali hati kalian bergantung kepadanya.

Berhati-hatilah, janganlah kalian tenggelam dalam kehidupan dunia, karena banyak orang
yang berbuat demikian, karena banyak orang yang berbuat demikian akhirnya menyia-
nyiakan agamanya, kecuali orang-orang yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Diriwayatkan dalam kitab Sunan Ibnu Majah dengan sanad yang hasan dari hadits Abu
Darda beliau berkata :

“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam ketika kami sedang memperbincangkan masalah
kefakiran yang menakutkan kami, beliau bersabda (yang artinya) : “Apakah kefakiran
yang kalian takuti ? Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, sungguh benar-benar akan
dituangkan kepada kalian dunia ini dengan satu kali tuangan. Sehingga tidak
menyeleweng hati kalian ketika lalai melainkan karenanya. Demi Allah, sungguh aku
telah meninggalkan kalian diatas hujjah yang putih bersih, malamnya sama dengan
siangnya.” Abu Darda berkata : ”Ya, demi Allah, sungguh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam telah meninggalkan kita diatas hujjah yang putih, malamnya seperti siangnya.”

Berhati-hatilah, janganlah kita bergantung kepada dunia, karena barangsiapa yang
melakukan demikian akan menjadikan hatinya menyeleweng. Sebagaimana sabda
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam “Tidaklah menyelewengkan hati seseorang bila
lalai melainkan dunia.”

Demikian pula sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
“Bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian akan tetapi yang aku khawatirkan
atas kalian adalah dunia.” (HR Bukhari dan Muslim dari shahabat Amr bin Auf).
Beliau juga bersabda:

“Bukan kesyirikan yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi yang aku khawatirkan
atas kalian adalah perhiasan kehidupan dunia. (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dalam Shahih beliau 6196 dan Imam Muslim no 2296 dari sahabat ‘Uqbah bin
‘Amir. Adapun riwayat dengan lafadz ãÇ ÇáÔÑß (masy syirku’). Wallahu a’lam, tidak
terdapat dalam lafadz keduanya. Atau mungkin salah dalam mendengarnya, yang ada
adalah lafadz di atas).

Berhati-hatilah kamu, karena tidak akan berkumpul pada diri seseorang cinta kepada ilmu
dan cinta kepada dunia. Namun, yang terjadi adalah apabila cinta kepada dunia
mendominasi, maka cinta kepada ilmu akan menyingkir, begitupun sebaliknya. Maka jika
cintamu terhadap dunia mendominasi pada dirimu, kamu pasti akan meninggalkan ilmu
dan kamu akan menyia-nyiakan dirimu. (Syaikh Muhammad Ali Imam berkata : “Masuk
ke dalam dunia adalah mudah sekali, namun keluar darinya sungguh sangat sulit.”)

Betapa banyak orang yang telah hilang sia-sia padahal dulunya mereka adalah penuntut ilmu, bahkan diantara mereka ada yang telah menghafal ratusan hadits, tapi kemudian ia bergantung kepada dunia, akhirnya hilang dan menjadi orang yang tidak berguna.

Dan mengenai sifat sombong, Sesungguhnya syaithan apabila tidak sanggup untuk
memalingkan dirimu dari menuntut ilmu niscaya akan datang dari pintu yang lain dan
berusaha untuk membisik-bisikkan kepadamu:

“Kamu adalah orang alim, kamu orang zuhud, kamu orang shalih, kamu orang yang rajin
membaca atau kamu penuntut ilmu. Lihat kepada teman-temanmu, apa artinya mereka
dihadapanmu, mereka tidak menyamaimu walaupun seujung kuku tangan atau seujung
kuku kakimu”.

Dia (syaithon) akan berusaha mendatangimu dari pintu pujian ini. Maka berhati-hatilah
kamu! Jangan sampai kamu tersembelih (dengan pujian tersebut-pent). Sungguh dia
dalam posisi seperti ini telah menyesatkan dirimu dan keluargamu kecuali jika Allah
Ta’ala melimpahkan rahmatNya kepadamu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:

”Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji dzarah dari
kesombongan.” Seorang berkata:”Ya Rasulullah, seseorang senang terhadap sandalnya
yang bagus dan pakaiannya yang bagus?” Beliau bersabda : ”Sesungguhnya Allah itu
indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain.” (HR Muslim dari shahabat Abdullah bin Mas’ud)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan kesombongan itu dengan dua
perkara, yakni menolak kebenaran dengan tidak mau menerimanya serta merendahkan
orang lain. Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya ada
kesombongan sekecil apapun.

Kalau demikian tatkala dalam hatimu syaithan meniupkan ruh kesombongan, ujub,
keangkuhan terhadap dirimu, maka ingatlah bahwa kamu tidak memiliki apa-apa.
Telah ada sebelum kamu para ulama bagaikan gunung-gunung yang kokoh sedangkan
kamu tidak lebih bagaikan kerikil.

Telah ada sebelum kamu orang-orang zuhud, ahli ibadah, orang-orang sholih dan orang
alim sedangkan kamu tak ubahnya hanya sehelai rambut yang ada di punggung salah
seorang dari mereka.

Terlebih jika kamu membaca perjalanan shahabat, orang-orang shalih dan perjalanan
hidup para Nabi dan ketika kamu membaca kisah para malaikat, maka kamu akan
mendapati bahwa ibadah yang kamu lakukan itu belum seberapa dibandingkan mereka.
Kalau kamu membaca perjalanan hidup para ulama kamu menjumpai bahwa ilmumu
tidak seberapa dibanding mereka.

Wahai saudaraku…para penuntut ilmu, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan
barakah kepadamu dan kepada ilmumu. Berhati-hatilah dari pintu syaithan yang akan
menipumu. Jika dia tidak sanggup dari pintu ini maka dia akan mendatangimu dari pintu
kedua. Jika dia tidak sanggup melalui pintu maka dia akan masuk melalui celah yang lain.

Dia akan berusaha dengan segala cara untuk menyesatkan kamu dengan kesesatan yang
jauh,. Dan berhati-hatilah dari jalan-jalan syaithan, dan ingatlah firman Allah Ta’ala:

” Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan
Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik. [QS Al 'Ankabut: 69]

Berjuanglah dirimu di jalan Allah Ta’ala! Karena walau bagaimanapun indahnya
suaramu, namun siapakah yang memberikan suara yang bagus tersebut? Bukankah
Allah? Siapakah yang memberimu warna kulit yang indah? Bukankah Allah? Siapakah
yang memberimu akal dan kecerdasan ? Bukankah Allah? Siapakah yang memberimu
kuat hafalan dan kuat ingatan, bukankah Allah? Tentu jawabannya Iya. Kalau demikian
untuk apa hakmu menyombongkan diri? Kamu menyombongkan diri dengan sesuatu
yang tidak kamu miliki, padahal semuanya datang dari Allah Ta’ala. Tidakkah kamu
mengkhawatirkan dirimu dan tidaklah kamu mengetahui bahwa jika Allah Ta’ala
menghendaki mengambil apa yang telah diberikanNya kepadamu niscaya Dia sanggup
untuk mengambilnya dan Dia tidak ditanya apa yang diperbuatNya, akan tetapi
merekalah yang ditanya tentang apa yang telah mereka perbuat.

Ada seorang memberitahukan kepadaku tentang kisah seorang yang aku telah melihatnya.

Dia berkata:”Kemudian bangunlah orang tersebut dengan rambut yang sangat bagus dan
dia menyombongkan diri dengannya. Pada suatu ketika, tanpa diduga tiba-tiba rambut
yang ada di sekujur tubuhnya rontok berguguran, yang ada di kepalanya, di wajahnya, di
kedua tangannya, bahkan di seluruh jasadnya, bahkan yang ada di kedua alisnya. Dan aku
melihat orang tersebut pada keadaannya yang kedua.

Allah Ta’ala yang memberimu keadaan yang pertama dan keadaan yang kedua. Orang
yang memberitakan kepadaku adalah orang yang dapat dipercaya. Allah Ta’ala berbuat
apa saja yang dikehendakiNya dan tidak ditanya ada yang diperbuatNya akan tetapi
merekalah yang ditanya tentang apa yang telah mereka perbuat.

Dan lihatlah ketika dia menyombongkan diri dengan rambutnya yang banyak dan indah,
dia tidak memuji Allah Ta’ala, tidak bersyukur kepadaNya. Dia tidak merendahkan diri
dan pemberian ini tidak menyebabkan dia menunaikan kesyukuran atas nikmat tersebut
sehingga seakan-akan dialah yang menciptakan rambutnya sendiri. Maka lihatlah
bagaimana Allah Ta’ala mencabut nikmat tersebut. Begitu juga kuatnya ingatan, apabila
kamu menyombongkan diri dengannya, kamu tidak akan menduga jika tiba-tiba Allah
mencabut kuatnya ingatanmu, akalmu, kecerdasanmu, hafalan, dan kepandaianmu,
sehingga kamu menjadi orang yang paling bodoh dan tolol di negerimu.

Rendahkanlah dirimu karena Allah Ta’ala! Beramallah dengan Kitabullah dan sunnah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam!

www.scribd.com/doc/9539384/BerhatiHatilah-Dari-Fitnah-Dan-Silaunya-Dunia-Syaikh-Abdul-Wahhab-Al-Wushaby-Al-Abdali

Sepercik hikmah:

Gunakanlah lima kesempatan sebelum datangnya yang lima (uzur), yakni masa mudamu sebelum datang tuamu, masa sehatmu sebelum datang sakitmu, masa kayamu sebelum datang miskinmu, masa hidupmu sebelum datang matimu, waktu luangmu sebelum datang kesibukanmu.
(Hadist dari Ibnu Abbas RA Riwayat Al Hakim).


0 komentar:

Posting Komentar

Daftar ke PayPal dan mulai terima pembayaran kartu kredit secara instan.
Bookmark and Share
Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)