1.Tak diragukan lagi bahwa panjang angan-angan adalah
pengaruh psikologis cinta dunia. Karena apabila
seorang men cintai dunia akan selalu bergantung
padanya. Dan dengan demikian dia akan terus
mengangan-angankannya. Inilah premis pertama dalam
masalah ini. Premis keduanya ialah bahwa orang yang
panjang angan-angannya kepada dunia, akan lupa pada
kematian. Konklusinya, persiapan amal salehnya buat
akhirat semakin berkurang. Silogisme ini telah
disinggung dalam beberapa nash keislaman.
Imam Ali berkata: ''Tidaklah panjang angan-angan
seorang hamba, kecuali jelek perbuatannya".
Imam Ali berkata: "Orang yang paling banyak beran
gan-angan, paling jarang mengingat kematian".
Imam Ali berkata: "Manusia yang paling panjang
angan-angannya adalah yang paling jelek perbuatannya".
2. Merasa Tentram dengan Dunia dan Condong Padanya
Ini, sebagaimana yang telah saya jelaskan, adalah
akibat dari panjangnya angan-angan pada dunia dan
cinta dunia atau rela kepada dunia.
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang
tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan
dengan Karni, dan merasa puas dengan kehidupan dunia
serta merasa tenteram dengan kehidapan itu dan
orang-orang yang melalai kan ayat-ayat Kami. Mereka
itu ternpatnya ialah neraka, dise babkan apa yang
selalu mereka kerjakan..." Q.S. Yunus:7-8.
Keadaan tenteram seperti itu bersifat palsu dan tidak hakiki.
Dengan ketenteraman itu, manusia akan merasa
bahwa dunia adalah tempat abadi baginya. Padahal dunia
bukan tempat abadi. Kesenangannya cepat sirna, rusak
dan hancur. Dan sesungguhnya tempat yang abadi hanyalah surga.
Allah berfirman: "Mereka bergembira dengan kehidupan
dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat,
hanyalah kesenangan (yang sedikit)." Q.S. Ar-Ra'd 26.
Allah berfirman: "Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan
dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal Q.S. Al-Mukmin:39.
Dunia hanya merupakan kesenangan yang lenyap sementara alam akhirat tempat yang kekal berlawanan dengan sangkaan
orang yang condong kepada dunia.
Kecintaan dan ke relaan terhadap dunialah yang menyebabkan
manusia memi liki paham yang demikian itu.
Imam Ali pernah meriwayatkan sebuah hadis qudsi
yang demikian bunyinya: "Aku heran pada orang yang
melihat dunia dan menyaksikan perubahannya dari satu
keadaan ke keadaan yang lain, tapi dia bisa merasa
tenang dan tenteram padanya".
Dalam hadis qudsi lain Allah berfirman kepada kalimul
lah, Musa as: "Wahai Musa! Jangan condong pada dunia
seper ti kecondongan orang-orang zalim dan kecondongan
orang- orang yang menjadikannya sebagai ibu dan
ayahnya. Cukup-cukupkanlah dirimu darinya".
Ungkapan hadis tersebut sangat jernih dan dalam.
Sebagian manusia ada yang condong pada dunia, padahal
dunia itu hanyalah kumpulan keadaan-keadaan yang
terus-menerus berubah, seperti kecondongan bocah pada
ibu dan bapaknya. Sementara sebagian lain ada yang
melihat dunia hanya sebagai gelimang lahwu dan
permainan yang diperlombakan manusia secara batil.
Kemudian, dia mengetahuinya dan tidak tertipu olehnya.
Bahkan dia menggantikan dunia dengan kehidupan hakiki
yang indah, yaitu kehidupan ukhrawi.
Allah berfirman: "Dan tiadalah kehidupan dunia ini me
lainkan senda-gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhir nya itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau
mereka mengetahui..." Q.S. Al-‘Ankabût:64.
3. Mengutamakan Kehidupan Dunia daripada Akhirat
Bila manusia sangat cinta dunia, dia pasti akan memen
tingkan urusan duniawi daripada urusan ukhrawi. Allah
telah menyebutkan dalam Alquran tentang perihal
pengutamaan urusan duniawi di atas urusan ukhrawi.
Allah berfirman: "Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah
tenipat tinggal (nya)" Q.S. Al-Nâzi'ât:40-41.
Dan Allah juga berfirman: "Tetapi karnu (orang-orang
kafir) memilih kehidupan duniawi padahal kehidupan
akhirat lebih baik dan kekal." Q.S. Al-A'lâ:16-17.
Pada hakikatnya, mereka menginginkan dunia belaka.
Sikap mengutamakan dunia atas akhirat itu muncul jika
terjadi benturan antara dunia dan akhirat. Yakni
ketika manusia di tuntut memilih 'dunia tanpa akhirat'
atau 'dunia - akhirat', maka mereka akan memilih dunia
tanpa akhirat. Kalau begitu, sebetulnya mereka
semata-mata ingin kehidupan dunia.
Allah SWT berfirman: "Maka berpalinglah (hai Muham
mad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami,
dan tidak menginginkan kecuali kehidupan duniawi..."
Q.S. An- Najm 29.
Bahkan, lebih dari itu mereka tidak segan-segan
menjual akhirat demi mendapat dunia.
Allah SWT berfirman: "Itulah orang-orang yang membeli
kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat ". Q.S. Al-Baqarah:86.
Berkenaan dengan masalah ini Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa dihadapkan dua pilihan; dunia dan akhirat, lalu
ia memilih dunia daripada akhirat, maka ia akan bertemu Allah SWT
tanpa membawa kebaikan yang bisa mencegahnya dari neraka.
Dan barangsiapa yang mengambil akhirat dan menolak dunia ia akan menemui Allah di hari kiamat dalam keadaan diridhai-Nya".
Imam Ali berkata: "Barangsiapa yang menyembah dunia dan mengutamakannya di atas akhirat, akan mendapat akibat yang buruk".
Imam Ali juga berkata: "Tidaklah manusia meninggalkan urusan
agamanya untuk memperbaiki urusan dunianya, kecuali Allah
bukakan mereka sesuatu yang lebih mem bahayakan dirinya."
Imam Ali berkata pula: "Orang yang tidak peduli terhadap bencana yang menimpa urusan akhiratnya, asal saja urusan dunianya selamat, maka orang itu akan benar-benar celaka".
0 komentar:
Posting Komentar